Jalan-jalan

Berbagai cerita dan apaaaa saja yang ingin dituliskan

Kamis, 18 Juli 2013

Bisikan Pada Bintang


Sepulang sekolah, aku berbaring di tempat tidur karena lelahnya berjalan kaki. Tidak lama kemudian mataku terpejamkan. Bagai di alam lain, kutihat seorang gadis kecil sedang bermain. Kemudian gadis itu tampak seperti sedang menunggu seseorang. Datanglah laki-laki kecil yang membuat gadis kecil itu bahagia. Aku masih tidak mengerti apa yang aku lihat.


Kuterbangun. Kusadar semua hanya mimpi. Kemudian kuteringat akan tugas yang harus kukerjakan dan dikumpulkan esok hari. Tugas cerpen sepanjang lima lembar kertas folio yang harus selesai dalam waktu tiga hari. Dan aku baru akan mengerjakannya sekarang.
          Aku memulainya dengan sebuah inspirasi tentang persahabatan yang kualami. Tapi, hingga malam hari aku belum juga menyelesaikan tugas itu. Kini, aku mulai mengantuk. Akhirnya kuputuskan untuk pergi tidur dan melanjutkannya esok pagi.
          “Nad, kamu sedang membuat apa?” tanya Ardi yang melihatku sibuk mengerjakan tugas di sekolah.
          Aku tak menjawab pertannyaannya. Menurutku, tanpa ia bertanya mungkin ia sudah tahu apa yang sedang kulakukan sekarang.
          “Yah, Nad! Kok aku dikacangin sich?” Ardi mulai kesal karena aku belum menjawab pertanyaannya tadi.
          “ Kacang-kacang! Ada kacang goreng, ada kacang rebus! Kacang-kacang!” Ardi berlagak seperti pedagang kaki lima yang menjual kacang. Ia melakukan hal itu maksudnya untuk menyindirku yang dari tadi diam tidak menjawab. Menanggapi hal itu, aku masih tetap diam.
          “Akhirnya selesai juga!”kataku sambil membereskan alat tulisku.
          “Nadya, kamu membuat apa sih? Sepertinya sibuk sekali, sampai aku yang bertanya kamu cuekin!”
          “Maaf deh! Maaf!”kataku singkat.
          Saat bel istirahat berbunyi, aku berlari ke ruang guru untuk menyerahkan tugas cerpenku. Sampainya di ruang guru, aku tertuju pada seorang guru yang berjilbab merah muda. Bu Tina!
          “Cerpen yang cukup menarik,”komentar bu Tina setelah membaca cerpen yang kubuat.”Ibu akan memberikan nilai tambahan untuk pelajaran bahasa Indonesiamu.”
          “Terima kasih bu!”
          “Jika kamu dapat membuat yang lebih bagus dan banyak yang suka untuk membacanya, ibu akan memberikannya pada redaksi majalah!”
          “Yang benar bu?”Bu Tina mengangguk.
          Karena bahagianya, aku langsung lari ke kelas dan memberitahukan kepada sahabat-sahabatku. Sahabatku memberikan selamat dan kami bahagia.
          Saat pulang sekolah di jalan aku melihat Ardi melambaikan tangannya padaku. Aku pun membalasnya.
          “Nad nanti jangan lupa lihat bintang ya!” teriaknya dari kejauhan. Aku menjawabnya dengan senyuman.
          Malam harinya aku melihat bintang bertaburan. Mungkin bintang ikut merasakan kebahagiaan yang aku rasakan. Tidak lama kemudian datanglah Ardi. Ia duduk di sebelahku. Di taman itu terasa sangat sunyi. Tak ada sedikit suara di sana. Karena kami terpesona dengan bintang di langit.
          “Aku bahagia kalau kamu bahagia!”Bisik Ardi kepadaku.
          “Inilah yang namanya persahabatan. Kalau ada sahabat yang bahagia, sahabat lain juga harus ikut bahagia!”
          Ardi hanya tersenyum.
          “Hey! Ada bintang jatuh!” Ardi menunjuk ke langit.”Cepat minta permohonan.”
          Aku dan Ardi pun meminta sebuah permohonan.
          “Kamu minta apa?”tanya Ardi.
          “Minta persahabatan kita akan terjaga dan bertahan lama! Kamu?”
          “Aku minta…”Ardi tampak memikir sejenak.” Aku minta hal yang sama denganmu dan juga supaya cerpenmu diterima oleh semua khalayak!”
          “Terimakasih! Kalau gitu, kita harus janji akan menjaga persahabatan kita sampai kapan pun!”
          “Janji!”
          Jari kelingking kami saling mengait. Itulah bukti kalau kami akan menepati janji untuk menjaga persahabatan ini.
          “Nad!”
          “Ya! Ada apa Di?”
          “Menurut kamu, apakah bintang dapat mendengar bisikanku?”
          “Memang kamu mau membisikan apa kepada bintang? Mungkin bintang mau mendengarnya!”
          “Tapi bintang ini beda!”
          “Beda? Matahari? Matahari adanya siang!”
          “Bukan bintang ini kamu! Aku mau kamu dengar kata hatiku kalau aku suka kamu!”
          “Aku juga suka. Tapi, hanya sebatas sahabat!”
          “Oh…Gitu ya? Ya sudah tidak apa-apa! Lihat bintang di sana cahayanya lebih terang dari yang lain!” Ardi menunjuk bintang yang paling bercahaya.
          “Ya!”Aku tersenyum bahagia karena punya sahabat yang begitu baik padaku.
          Malam ini adalah malam yang paling indah dalam perjalanan hidupku. Tak akan kulupakan persahabatanku dengannya. Aku janji akan menjaga persahabatan ini. Bintang adalah saksi dari semua persahabatan kami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar